Categories
PRESS RELEASE

Review Film The King’s Speech

the-kings-speech

Oleh: Adinda Ayu Chyntia Dewi

The King’s Speech,  mengisahkan perjalanan Raja George ke VI (pangeran Albert Frederick Arthur George yang merupakan seorang Duke of York ) menuju tahta tertinggi di kerajaan Inggris. Perjuangan yang harus ia lalui tidaklah mudah lantaran ia mengalami kegagapan dalam berbicara. Ratu Elizabeth adalah satu-satunya orang yang berupaya mencari solusi yang terbaik untuk membebaskan Raja George VI dari kegagapan yang ia derita sejak berumur 4 atau 5 tahun. Dengan penuh kepercayaan tinggi bahwa kegagapan yang diderita oleh suaminya bisa sembuh, Ratu Elizabeth mendatangi setiap dokter maupun terapis yang berkompeten di wilayah kerajaan Inggris, hingga suatu ketika beliau bertemu dengan Logue. Logue adalah seorang terapis bicara berumur 50 tahun keatas berasal dari Australia, dan juga seorang aktor teater. Pertemuan antara Logue dan pangeran Albert mempu membuat perubahan yang besar bagi kehidupan keduannya.

The King’s Speech diadopsi dari kisah nyata Kerajaaan Inggris yang berlatar pada masa Perang Dunia II. Permasalahan yang diangkat dalam film ini yaitu kekurangan yang dimiliki seorang Raja (gagap) serta pengaruhnya  dalam memimpin suatu kerajaan ditengah situasi kritis. Hal ini menjadi sangat menarik mengingat tema yang diangkat film ini bersifat unik , karena gagap merupakan suatu hal yang tidak biasa terjadi pada seorang pemimpin. Kekuatan utama seorang pemimpin berasal dari gaya bicara yang dimilikinya untuk memberikan pernyataan, menetapkan peraturan, berdiplomasi,dan seterusnya. Lalu jika pemimpinnya gagap akan muncul suatu pertanyaan yang luar biasa mengusik, “Bisahkah ia menjadi seorang pemimpin yang handal bagi rakyatnya?”.

Raja George VI atau sebelumnya dikenal sebagai Pangeran Albert bukanlah pewaris tahta Kerajaan Inggris  yang sesungguhnya. Ia memiliki seorang kakak laki-laki (Prince of  Wales) yang lebih berhak atas tahta kerajaan karena sudah menjadi sebuah tradisi di Inggris bahwa anak lelaki pertama kelak akan menjadi Raja berikutnya jika Raja yang memimpin pada saat itu meninggal, namun karena Pangeran David (Prince of Wales) memiliki suatu hubungan yang terlarang dengan seorang wanita bersuami serta kepemimpinannya yang buruk, sehingga memaksa pangeran Albert untuk menggantikan kakaknya sebagai seorang Raja.

Pada film ini seakan menunjukkan kepada dunia bahwa menjadi seorang pemimpin adalah hal yang suilt serta penuh dengan tekanan, hal ini ditunjukkan dengan kepemimpinan raja George VI yang ia terima dengan keterpaksaan, serta rasa ketidakpercayaan diri yang dimilikinya. Film ini juga menunjukkan sikap temperamental seorang Raja yang tentu akan menciptakan citra yang negative. Kekerasan yang terjadi pada Raja George VI pada saat kecil seakan mencerminkan kelemahan sistem pengawasan di kerajaan, bagaimana kekerasan dapat terjadi dalam sebuah kerajaan apalagi menyangkut generasi bakal penerus kerajaan sungguh sangat memperihatinkan mengingat kemewahan yang ada di Istana Inggris.

Bagaimanapun kelebihan dan kelemahan yang diangkat dalam film ini tentu ada suatu maksud yang terselip dalam setiap kisah yang diceritakan oleh sutradara. Dalam film ini seakaan menunjukan pada dunia bahwa pembentukan karakter seseorang berawal dari usia dini. Karakter itu akan terus terbawa hingga seseorang menjadi dewasa. Penyakit psikis pada anak adalah hal yang membahayakan bagi kehidupannya dikemudian hari. Dari film ini kita juga dapat memetik kesimpulan bahwa “Gagap bukanlah suatu penyakit yang harus disembuhkan dengan menkonsumsi suatu obat bukan juga suatu cacat bawaan sejak lahir, akan tetapi salah satu penyakit psikis yang muncul akibat gangguan mental dan hanya dapat disembuhkan oleh tekad serta kemauan sang penderita untuk sembuh”.

Leave a Reply

Your email address will not be published.