Categories
CORETAN CENDEKIA

Semangat Keilmuan Berbasis Interdisipliner dalam Membangun Negeri

Pendekatan interdisiplin memusatkan perhatian pada masalah-masalah sosial yang dapat didekati dari berbagai disiplin keilmuan, baik soshum maupun saintek, ataupun keduanya. Hal yang menjadi titik tolak pembelajaran biasanya konsep atau generalisasi yang berdimensi jamak atau masalah sosial yang menyangkut atau menuntut pemecahan masalah dari berbagai bidang keilmuan. Pendekatan Interdisipliner disebut juga pendekatan terpadu atau integrated approach atau istilah yang digunakan Wesley dan Wronski adalah „correlation‟ untuk pendekatan anta rilmu, sedangkan integration untuk pendekatan terpadu. Dalam pendekatan antar ilmu dikenal adanya ini (core) untuk pengembangan yang berdasarkan pada pendekatan terpadu (integration approach) yang merupakan tipe ideal konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu sosial atau bidang studi telah terpadu sebagai satu kesatuan sehingga bahannya di integrasikan menurut kepentingan dan tidak lagi menurut urutan konsep masing-masing ilmu atau bidang studi.

Dalam hal ini Lyall et.al. (2011:14-15) berpendapat bahwa ada dua jenis penelitian interdisipliner, yaitu penelitian yang: (a) Berorientasi akademis, dan (b) Berorientasi pada masalah (problem-focused). Kedua jenis penelitian tersebut memiliki tujuan, metode dan hasil yang sangat berbeda, namun pada umumnya banyak penjelasan lain sebelumnya yang kurang memperhatikan hal tersebut.

Penelitian interdisipliner yang berorientasi akademis ditargetkan untuk mencari solusi dari pertanyaan akademik, yaitu ketika disiplin ilmu telah mencapai batas kapasitas metodologis mereka dan perlu membawa wawasan dari disiplin ilmu lain untuk mengatasi keterbatasan dalam kajian disipliner. Modus ini sesungguhnya salah satu faktor pendorong dari terjadinya evolusi disiplin ilmu, yang bahkan kadang justru mendorong muncul dan berkembangnya disiplin ilmu yang baru. Sementara jenis penelitian interdisipliner yang problem-focused membahas isu-isu sosial, teknis dan/atau kebijakan yang relevan di mana disiplin yang berhubungan justru kurang memberikan perhatian pada masalah tersebut.

Pada pendekatan interdisipliner ada banyak disiplin yang berbeda-beda tetapi mungkin memiliki titik-awal dan tujuan yang sama, dan mungkin hanya berbeda dalam cara masing-masing memandang persoalan (subject matter) yang sama. Di dalam masyarakat, sebuah disiplin akademik biasanya membentuk organisasi profesional yang menerbitkan jurnal ilmiah, mengadakan konferensi, atau memberi penghargaan kepada ilmuwan atau peneliti yang dianggap mumpuni. Selain memiliki organisasi, sebuah disiplin juga biasanya memiliki “bahasa khusus” untuk memperlancar komunikasi ilmiah antar ilmuwan, strategi kebenaran (truth strategies) yang mempertegas perbedaan satu disiplin dari yang lainnnya., dan organisasi pengetahuan.

Melalui penjabaran diatas, kita semua dapat menilai betapa pentingnya pengkajian interdisipliner diterapkan pada masyarakat, terutama pada mahasiswa. Pengkajian interdisipliner di perguruan tinggi merupakan suatu keharusan, penelitian ilmiah berbasis interdisiplin inilah diharapkan menjadi cikal bakal temuan-temuan baru dan cemerlang yang menarik perhatian kalangan civitas akademik ataupun publik dari segi kualitas dan manfaatnya secara langsung terhadap masyarakat.

Lebih jauhnya, hasil penelitian ilmiah ini sangat diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan, khususnya bagi pengembangan bidang keilmuan antar disiplin yang diteliti dan lebih luas dan lebih dalam lagi untuk menyelesaikan masalah-masalah pendidikan juga masalah lain yang di hadapi oleh masyarakat dan bangsa. Selain itu diharapkan pula mahasiswa antar disiplin dapat menyelesaikan permasalahan di masa sekarang dan masa mendatang. Hal ini dikarenakan tantangan kedepan bukanlah lagi permasalahan yang bisa dikaji oleh satu disiplin ilmu melainkan melibatkan disiplin ilmu yang beragam untuk menyelesaikannya.

Adapun dalam praktiknya pengkajian interdisipliner tentunya memiliki beberapa tujuan sebagai acuan keberhasilan penelitian yang dilakukan antar disiplin, yaitu Meningkatkan mutu, dan produk penelitian. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian, yaitu :
a. Relevansi penelitian dengan masalah yang dibahas diharapkan akan lebih baik dan lebih mendalam.
b. Tercapainya saling tukar informasi antar disiplin ilmu sehingga menghasilkan penelitian yang lengkap dan maksimal.
c. Lebih berkembangnya hard skill, dan soft skill para mahasiswa serta terbinanya kerjasama antar disiplin ilmu.
d. Mutu penelitian berkaitan dengan lingkup materi, ketajaman analisis untuk menentukan akar masalah atau gagasan inovatif yang dikembangkan dalam penelitian, uraian latar belakang teori yang menjadi landasan kerangka konseptual penelitian, serta metode yang menentukan keandalan rancangan, validitas proses, perolehan data dan ketepatan model analisis yang dipilih diharapkan akan lebih terarah.
e. Interaksi kegiatan meneliti akan lebih terjamin dengan adanya benang merah atau hubungan material antar mahasiswa. Pada kegiatan penelitian tersebut diharapkan terjadi interaksi secara kolaboratif antara mahasiswa. Adapun indikator munculnya interaksi yang baik adalah terciptanya hasil penelitian yang berdasarkan kerjasama antara mahasiswa ditandakan dengan adanya andil dari tiap tiap individu dalam karya tersebut.

Adapun kelebihan dari penelitian interdisipliner, adalah pendekatan ini membantu mengembangkan pengalaman nyata yang komprehensif bagi mahasiswa. Hal ini merangsang dan memotivasi bagi para mahasiswa untuk berpikir secara kreatif dan inovatif akan permasalahan yang diangkat. Selain itu, pendekatan secara interdisipliner juga menjadi sarana bagi para mahasiswa untuk berbagi pengalaman serta ilmu yang mereka dapatkan di bangku perkuliahan.

Tidak hanya itu, itu pengkajian interdisipliner diharapkan nantinya akan menghasilkan inovasi-inovasi yang lebih spesifik dan memiliki lebih dari satu manfaat bagi masyarakat karena dikaji oleh berbagai mahasiswa dari disiplin ilmu yang lain. Para mahasiswa juga diajarkan untuk memandang suatu permasalahan dari sisi yang lain, misalnya : Para mahasiswa diminta untuk mengkaji dampak kebakaran hutan bagi masyarakat dan cara penanganannya, maka mahasiswa saintek dan soshum dapat bekerja sama untuk mengkaji, memikirkan penyelesaian masalah dan menciptakan inovasi bersama untuk terwujudnya kehidupan sosial dan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat yang bersangkutan.

Tentu saja hal-hal diatas tidaklah mudah untuk diwujudkan, diperlukan kemauan untuk saling belajar antar disiplin tanpa saling meremehkan. Diperlukan motivasi, semangat pantang menyerah, dan keingintahuan yang tinggi dari para mahasiswa untuk dapat berinovasi dalam menyelesaikan suatu masalah. Pengkajian interdisiplin memerlukan partisipasi aktif dari para mahasiwa untuk menghasilkan serta menyatukan beragam pandangan menjadi suatu penelitian yang utuh sehingga nanti manfaatnya dapat dirasakan secara maksimal oleh masyarakat. Adapun sebisa mungkin kekurangan ini di minimalisir demi tercapainya keberhasilan pengkajian interdisiplin yang telah memiliki fondasi yang baik mulai dari tujuan dan manfaatnya.

Keberhasilan pengkajian, penelitian, serta pendekatan secara interdisipliner tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan semua pihak. Baik pihak akademisi, universitas, pemerintah, masyarakat, terutama mahasiswa itu sendiri. Untuk mendukung keberhasilan pendekatan ini diperlukan kerja sama yang sinergis antar unsur di dalamnya.

Jadi, kita sebagai mahasiswa harus turut memaksimalkan pengkajian interdisipliner dengan selalu berpartisipasi aktif berinovasi bersama disiplin ilmu yang lainnya, saling berbagi ilmu pandangan, serta selalu menumbuhkan semangat dan pantang menyerah demi suksesnya pembangunan negeri sekaligus menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Oleh karenanya dibutuhkan juga peran dari sebuah wadah atau organisasi untuk menampung segala inovasi mahasiswa serta memupuk dan menjaga semangat para calon cendikiawan muda.

ACUAN PUSTAKA
Anonim, 2013, Interdisipliner, https://iperpin.wordpress.com/interdisiplin/, diakses pada tanggal 18 September 2015.

Fogarty, Robin., 1991, How to Integrated the Curricula, Palatine, Ilinois: IRI/ Skylight Publishing, Inc.

Paisley, W., 1990, “Information Science as a Multidiscipline” dalam Information Science – The Interdisciplinary Context, ed. J. M. Pemberton dan A.E. Prentice, New York : Neal-Schuman Publishers.

Prentice, A.E., 1990, “Introduction” dalam Information Science – The Interdisciplinary Context, ed. J. M. Pemberton dan A.E. Prentice, New York : Neal-Schuman Publishers.

Vania Amanda Samor

Leave a Reply

Your email address will not be published.