Categories
Uncategorized

CENDEKIA EMPOWERMENT 2018 : PENGABDIAN PERDANA CENDEKIA MUDA DENGAN MEMPERKENALKAN SISTEM BIOPORI SEDERHANA KEPADA MASYARAKAT DESA GLONDONG, PURWOBINANGUN, SLEMAN, DIY.

Cendekia Empowerment merupakan salah satu agenda Unit Kegiatan Mahasiswa Gama Cendekia Universitas Gadjah Mada yang bersifat wajib bagi seluruh Cendekia Muda 2018. Bentuk Cendekia Empowerment meliputi interaksi langsung dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Kegiatan ini dapat diibaratkan sebagai kegiatan mini KKN (Kuliah Kerja Nyata). Tahun ini, kegiatan Cendekia Empowerment dilaksanakan pada tanggal 03-04 November 2018. Dalam kegiatan ini terdapat beberapa rangkaian acara dan yang paling menarik adalah kegiatan merealisasikan idea project oleh para cendekia muda. Mengingat bahwa hal ini merupakan kali pertama para cendekia muda berkesempatan melakukannya.

Idea project merupakan suatu buah pemikiran yang berupa solusi untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat. Para cendekia muda mulanya diberikan kesempatan untuk eksplorasi desa dan melakukan wawancara terhadap masyarakat di sana. Hasil dari wawancara tersebut, penduduk desa itu mengatakan bahwa desa mereka sangat kurang terhadap pengolahan sampah organik maupun anorganik. Mereka mengatakan bahwa sampah di sini masih dimusnahkan melalui penimbunan dan pembakaran. Hal ini terjadi karena truk sampah yang mengangkut sampah tersebut tidak mengangkut banyak sampah dari tempat tersebut. Selain itu, pengangkutan sampah oleh truk tersebut menghabiskan biaya 40-50 ribu rupiah per bulannya. Kemudian, di hari selanjutnya para cendekia muda diberikan kesempatan untuk merealisasikan idea project yang telah disepakati. Salah satu tema idea project adalah pengolahan sampah. Dalam tema ini, para cendekia muda mengajukan tiga solusi berdasarkan eksplorasi desa dan wawancara yaitu bank sampah, kerajinan tangan berbahan sampah, dan biopori sederhana. Selanjutnya, para cendekia muda memilih untuk merealisasikan pembuatan biopori sederhana guna meminimalisir sampah organik yang ada di sekitar pemukiman masyarakat. Selain itu, pembuatan biopori sederhana ini dirasa akan lebih efektif dan efisien, mengingat terbatasnya waktu dan fasilitas alat yang disediakan.

Sistem biopori merupakan lubang yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Kesempatan ini diberikan kepada Nia Aryani, Rahmat Hidayat, dan teman-teman sebagai cendekia muda 2018. Kegiatan ini dilakukan di halaman rumah Bu dukuh desa Glondong, Purwobinangun, Sleman, DIY. Hal yang mendasari para cendekia muda melakukan kegatan ini adalah karena rendahnya kesadaran warga dalam pengolahan sampah yaitu tidak adanya tempat sampah pemilahan sampah organik dan anorganik, masih terjadi pembuangan sampah di perkarangan rumah atau tempat pinggiran irigasi air, serta tidak ada fasilitas yang menunjang pengolahan sampah-sampah tersebut.

Pada kegiatan ini, akhirnya dibuatlah lubang berukuran sekitar 50cm x 50cm x 50cm, lalu diisi sampah organik yaitu daun-daun dan buah jambu yang bereserakan. Kemudian, lubang tersebut ditutup dengan banner. Waktu yang dibutuhkan sekitar dua jam. Menurut Nia, Rahmat, dan teman-temannya terdapat beberapa kendala saat pembuatan biopori antara lain, kebingungan dalam menutup lubang agar dapat meminimalisir ai hujan yang masuk ke dalam tanah dan banyakna batu dalam tanah yang mengganggu proses penggalian lubang. Selain permasalahan sampah organik, permasalahan yang lebih besar lagi adalah permasalahan sampah anorganik misalnya plastik yang banyak berserakan di sana. Walaupun demikian, setelah mempertimbangkan secara matang para cendekia muda tetap memilih membuat biopori. Setelah membuat biopori, respon masyrakat cukup positif. Bapak pewakilan desa tersebut mengapresiasi dan mengatakan jika biopori ini berhasil maka akan diterapkan di pemukiman warga lainnya dan jika dilain kesempatan para cendekia muda dapat kembali ke desa tersebut, diperbolehkan untuk membuat biopori yang lebih baik lagi.

Apapun bentuk kegiatannya, jika diawali dengan niat yang tulus dan ikhlas serta diiringi dengan tekad yang kuat maka kegiatan tersebut akan terlaksana dengan baik. Seperti halnya Cendekia Empowerment ini, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tentunya memiliki keinginan yang mulia untuk membantu masyarakat menjadi lebih baik. Semoga hasil dari peneapan idea projects oleh para cendekia muda dapat berdampak baik dan berkelanjutan di masyarakat.

Oleh Adinda Salsabila

Leave a Reply

Your email address will not be published.