Categories
CORETAN CENDEKIA

Merajut Potret Pendidikan dari Keluarga Kecil hingga Keluarga Bangsa

http://dbagus.com/mengenal-pendidikan-anak-dalam-keluarga
http://dbagus.com/mengenal-pendidikan-anak-dalam-keluarga

 

Oleh Musfira Muslihat

Pendidikan? Dari sudut mana engkau ingin di potret?. Berbicara pendidikan tentunya banyak elemen yang mendukungnya baik dari ekonomi, budaya, pemerintahan dan politik yang sedang berlangsung di negara tersebut. Sekarang marilah kita membahas pendidikan dengan sudut pandang yang lebih mikro, yaitu keluarga. Keluarga bagaikan cikal bakal yang memperteguhkan keyakinan dan tujuan hidup seorang anak. Tujuan inilah yang dapat mengantarkannya ke proses yang baik, yaitu memperoleh pendidikan.

Keluarga merupakan elemen penting dalam masyarakat. Disinilah fase pertama tumbuh kembang seorang anak. Anak akan belajar dan memperoleh pendidikan dalam keluarga melalui modelling pada ayah dan ibunya. Proses peniruan pun terjadi. Namun, bagaimana dengan keadaan keluarga Indonesia dewasa ini?. Angka perceraian dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan meningkat. Kementerian Agama Republik Indonesia melaporkan bahwa pada tahun 2009 tercatat sebanyak 250.000 kasus perceraian terjadi di Indonesia. Angka ini setara dengan 10% dari 2,5 juta jumlah pernikahan di tahun 2009 (esqmaqazine.com,2010). Perceraian dalam keluarga merupakan fenomena yang sangat memengaruhi kesejahteraan fisik dan psikis setiap anggota keluarga, terutama anak. Apakah perceraian memengaruhi potret pendidikan di Indonesia? tentu saja. Menurut Dong, dkk.  (2003) menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga bercerai memiliki penyesuaian diri, prestasi akademik, perilaku, penyesuaian psikologis, konsep diri dan relasi sosial yang lebih rendah dibanding anak-anak dari keluarga utuh. Sehingga, perceraian bagaikan momok yang menakutkan dan sedang dihadapi bangsa ini mengingat kita sedang berbenah dalam ranah pendidikan. Perceraian juga dapat dikatakan sebagai sumbangsih bobroknya pendidikan kini.

Namun, keluarga utuh pun tidak terlepas dari kekhawatiran akan potret pendidikan yang bobrok. Keluarga utuh saja tidak cukup. Dibutuhkan orang tua hebat yang mampu membina anak, bukan hanya memproduksi. Hal ini selaras bahwa pendidikan orang tua akan berbanding lurus dengan kualitas anak. Sebagai orang tua yang terdidik dari pendidikan formal dan emosional, karena dialah yang akan menjadi role model anak. Keluarga utuh harus didukung dengan bekal orang tua yang memahami, memprediksi, dan mengendalikan tingkahlaku dalam kehidupan keluarga (Mubarok, 2016).

Bullying, tawuran, menyontek, dan pergaulan bebas hingga aborsi merupakan rangkaian cerminan karakter buruk anak-anak bangsa. Hal yang paling mencengangkan bahwa mereka merupakan anak-anak bangsa yang mengecap dunia pendidikan formal. Dari 2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait bullying (kpai.go.id, 2104). Tawuran memakan korban dan merusak fasilitas umum, tercatat dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian di Jakarta, 77 di antaranya adalah sekolah menengah umum (.kpai.go.id,2014). Berita-berita ini mungkin dianggap menjadi hal yang biasa dan sering terpajang diberbagai pemberitaan. Namun, pernahkah kita bertanya, dimanakah akhlak anak bangsa?. Sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang terdidik namun kenapa tidak dengan akhlaknya?. Inilah potongan dari potret pendidikan Indonesia.

Telah dibahas diawal, bahwa keluarga merupakan sarana untuk mempertahankan akhlak seorang anak. Namun, kita telah ketahui bersama bahwa seorang manusia tidak akan selalu berada di dalam keluarga. Ada saatnya dia harus keluar, sebagai makhluk sosial. Jadi mari membanahi potongan potret pendidikan Indonesia yang kelam dari keluarga hingga keluarga bangsa. Indonesia dengan kekhasannya dan masyarakatnya yang erat mencerminkan makhluk sosial masyarakat yang kuat. Keluarga bangsa dicetuskan oleh Achmad Mubarok dalam bukunya Psikologi keluarga, keluarga bangsa merupakan elemen kedua dari keluarga kecil (ayah, ibu, dan anak). Adapun langkah-langkah strategis agar terwujudnya keluarga bangsa ideal sehingga terbentuknya potret pendidikan yang baik, yaitu:

  1. Menjamin pengelolaan penyelenggaraan pemerintahan secara benar dan baik. Hal ini dicirikan dengan keikutsertaan masyarakat sehingga terwujudnya pemerintahan yang transparan, ini akan membawa ke pemerintahan yang bersih.
  2. Meningkatkan kemanan di tengah masyarakat dan ketahan wilayah NKRI. Sistem pendidikan dan rekruitmen yang sarat KKN melahirkan aparat yang tidak berbudi luhur. Sehingga peningkatan keamanan akan berkaitan dengan profesionalitas dan harkat Kepolisian dan TNI.
  3. Membenahi rkonomi bangsa secara demokratis. Bukan rahasia lagi jika pendidikan yang mendukung didukung pula oleh perekonomian yang baik.
  4. Menetapkan strategis pendidikan nasional yang berorientasi setengah abad ke depan. Strategi yang matang menciptkan cendekiawan yang berkakhlak salah satunya.

Dapat ditarik kesimpulan, bahwa memperbaiki bobroknya potongan potret pendidikan, harus dimulai dari keluarga, mengingat esensial yang penting dari fase mempertahankan akhlak anak. Setelah itu, pendidikan yang berorientasi kedepan  harus tertanam dan dikelola secara benar, baik, dan terstruktur. Hal ini tidak terlepas akan bidang pemerintahan, keamanan, ekonomi, dan penegakan hukum. Inilah potret pendidikanIndonesia yang masih terus dan harus berbenah.

Sumber:

Dong, Q., Wang, Y., & Ollendick. (2003). Consequences of Divorce on the Adjustment of Children in China. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology, 31(1), 101 – 110.

 

ESQ .(2010).Angka Perceraian 2009 Meningkat .Diaksees melalui www.esq-news.com melalui 10 mei 2016

 

Setyawan,David.(2014).KPAI:Kasus Bullying dan Pendidikan Karakter.Diakses melalui www.kpai.go.id pada tanggal 10 mei 2016 oleh penulis.

 

Setyawan,David.(2014).Tawuran Pelajar Memprihatinkan Dunia Pendidikan. Diakses melalui www.kpai.go.id pada tanggal 10 mei 2016 oleh penulis

 

Mubarok Achmad. (2016). Psikologi Keluarga. Madani: Malang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.