Categories
CORETAN CENDEKIA

Curhatan Hati Masyarakat Palungguh Dukuh  (Tanah kas Kelurahan)

Setiap masalah perlu diselesaikan dengan kesadaran dan kesinergisan dari berbagai pihak yang berkepentingan…

 Ini kisah yang aku tulis, ketika aku selesai mewawancarai 3 orang ibu paruh baya yang tinggal di daerah KarangBendo Ct 3 RT 02 RW 01, Kocoran, Yogyakarta, (masih berada di lingkungan UGM), yaitu Ibu Wahyu (33) yang berprofesi sebagai penjual kue, Ibu Sarjianti (37) sebagai Ibu Rumah Tangga, serta Ibu Slamet (56) yang berprofesi sebagai buruh serabutan nyapu, nyuci dan lain sebagainya.  Kami berniat mewawancarai beliau karena kami penasaran dengan keadaan mereka, dimana mereka ini tinggal di daerah yang sebenarnya kurang layak, biasa di sebut sebagai perkampungan yang kumuh.

menempati rumah yang sebagian besar hanya kotak kotak kecil, rumah tersebut dibangun dari bahan dengan dominan kayu dan bambu, serta sedikit semen atau batuan untuk menangkal banjir yang setiap hujan selalu melanda mereka, maklum saja, karena sesuai aturang yang berlaku mereka tidak boleh menembok bahan bangunan mereka yang terletak di atas tanah yang hanya punya hak menempati dan tidak punya hak untuk menjualnya, jadi mereka membayar pajak setiap tahunnya yaitu sekitar 5000/m.  Jadi, mereka siap siap saja, kalau misal suatu saat mereka akan digusur,  pedukuhan tempat mereka itu termasuk bagian hilir dari kali benik, kali yang menghubungkan antara pedukuhan karang Wuni,(Hulu), karang gayam dan Karang Bendo.. yaa memang bisa dikatakan bahwa keadaannya itu kurang memenuhi standar kelayakan sebagai kali yang bersih atau layak digunakan.

 Keadaan itu diperparah dengan adanya kali benik yang sanitasinya masih sangat kurang, airnya yang sudah berwarna hitam, baunya yang sangat menyengat (menimbulkan polusi udara). sungguh sangat mengharukan, genangan air berwarna hitam, serta bau yang sangat meneyengat selalu di jumpai setiap hari, namun mereka berkata bahwa sudah terbiasa dengan bau yang menusuk hidung mereka jadinya tidak terasa terasa,

Mereka juga berpendapat bahwa meskipun mereka  tinggal dilingkungan UGM, namun mereka kurang mendapat perhatian yang layak, mulai dari tempat tinggal yang masih dibawah rata rata bahkan sangat kurang sekali, dan bahkan ketika mereka terkena musibah banjir, mereka tidak pernah mendapat bantuan, bahkan 2 tahun yang lau pernah terdapat musibah bahwa salah satu dianaranya, ada yang sampai meninggal karena Demam berdarah, namun tidak ada tindakan dari berbagai pihak untuk mengadakan pembasmian nyamuk atau sosialisasi cara cara menjaga kebersihan,  ini sungguh ironi, dilingkugan Universitas Gadjah Mada, yang notabennya, kampus kerakyatan, dan perjuangan, masih dijumpai masyarakat yang kurang atau bisa disebut memprihatinkan seperti itu.

Masalah lingkungan memang masalah yang sangat kompleks, harus ada beberapa pihak yang terlibat untuk menanggulanginya, dan kesadaran dari setiap individu juga sangat diharapkan, sepert kasus yang terjadi di kali benik pedukuhan karangGayam, setelah melakukan survey ke lokasi, dan menurut rekan rekan KKN-PPM UGM, tentang kebiasaan membuang sampah kesungai atau ke tempat yang sembarangan masih sangat kental  sekali, dan hal ini diperparah dengan semakin padatnya penduduk yang tinggal di lingkungan tersebut. Menurut Ibu Wahyu, 20 tahun yang lalu kali Benik masih sangat bersih, debit airnya lancer, sehingga biasa di gunakan untuk mandi, nyuci dan lain lain. Namun sekarang sudah berbanding terbalik, warna yang hitam dan kumuh serta bau yang menyengat sangat mengganggu keadaan penduduk disekitarnya. Kisah dari ibu Wahyu dan Ibu Sarjianti hanyalah sampel dari kenyataan yang terjadi, perubahan yang sedikit demi sedikit dalam waktu yang panjang menyebabkan keadaan seperti itu, tata pembangunan yang harus lebih diperhatikan pula, untuk memperbaiki ataupun melanjutkan proses KKN tersebut, atau bisa dengan opsi lain yaitu dengan cara menjadikan dukuh tersebut menjadi desa binaan salah satu UKM, lembaga ataupun SC/SCF. Karena seharusnya, lingkunga terdekat terlebih dahulu lah yang perlu diperbaiki, baru kita melanjutkan untuk berkontribusi atau mengabdi di tempat lain. Selain factor eksternal, factor Internal juga menjadi sangat penting, hal ini berkaitan dengan Kesadaran. Kesadaran dari setiap individu juga sangat mutlak dibutuhkan apabila ingin membangun lingkungan yang sehat, bersih dan nyaman. pasalnya banyak juga sampah plastic bertebaran diKali benik di daerah pedukuhan tersebut,

Jadi bisa dikatakan kesinergisan antara penduduk daerah hulu, hilir sangat penting serta tak lupa dari pihak PDAM juga perlu diadakan pertemuan yang membahas keadaan lingkungan sekitar, agar diantara ketiganya tidak terjadi salah paham, saling menyalahkan ataupun sebagainya.  Selain itu juga, diharapkan dari berbagai pihak senantiasa melaksanakan sosialisasi akan pentingnya menjaga lingkungan hidup untuk menahan dari serangan bencana yang sangat merugikan, kemudian perhatian dari tokoh tokoh yang berwenang juga diharapkan agar lebih optimal, Karena menurut pengakuan Ibu Wahyu, selama hampir lebih 33 tahun beliau tinggal di lingkungan UGM,  masalah bantuan masih sangat minim di dapatkan dari kampus UGM. Masalah ini terus berjalan tanpa ada penyelesaian yang tuntas, menurutnya juga sering datang para tokoh atau pejabat yang berwenang, namun hanya untuk melihat lihat saja, tanpa ada aksi nyata, baru 2 periode dilaksanakna KKN-PPM UGM di daerah mereka tinggal,

Berdasarkan masalah tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan beberapa masyarakat dilingkungan UGM, masih rendah. Serta lingkungan dan kebersihan belum tertata secara optimal, oleh karena itu, diharapkan pihak pihak yang berkepentingan ikut serta menyelesaikan masalah tersebut. (Briskha)

Leave a Reply

Your email address will not be published.