Categories
CORETAN CENDEKIA

BEDAH FILM “INDONESIA TANAH AIR BETA”

Bertempat di Ruang Sidang 1 Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Jumat (6/4) lalu Gama Cendekia UGM melalui Departemen Pengkajian menggelar diskusi film. Film yang diangkat kali ini berjudul “Indonesia Tanah Air Beta”. Film ini menceritakan kisah pasca proses Referendum Timor-Timur 11 tahun lalu, yang berdampak pengungsian warga Timor – Timur (eks NKRI), yang memilih tinggal di tanah airnya, Indonesia. Ratusan ribu pengungsi dengan kondisi dan situasi yang memprihatinkan, menyedihkan terpaksa tinggal di sebuah kamp pengungsian, di daerah Tuapukan dan Uabelo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi mengenai isi film ini, nasionalisme. Kepala Departemen Pengkajian Gama Cendekia Fauzi Agunura Samudra (Hukum 2009) memantik dengan menceritakan kembali bahwa sebenarnya banyak warga Timor-Timur yang ingin kembali ke tanah air Indonesia. Ketika itu warga Indonesia yang masih berada dalam konflik referendum yang terjadi adalah sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari bahkan air bersih saja mereka harus berjalan kaki menuju Timor – Timor selama berjam – jam, akan tetapi walaupun mengalami banyak masalah mereka tetap ingin menjadi warga Negara Indonesia karena nasionalisme mereka.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme ialah kesadaran keanggotaan dl suatu bangsa yg secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan.

Tentunya yang menyebabkan berkurangnya nasionalisme adalah tindakan kebalikan dari definisi diatas. Kurang menjiwai, kurang mencintai, kurang menyadari, dan kurang mempertahankan hingga akhirnya nasionalisme tersebut luntur. Sebagai contoh dapat dilihat dalam cuplikan film saat sebuah keluarga yang terpaksa tinggal berjauhan dengan seorang anak lakinya yang ikut menjadi warga Timor-timur hanya karena ia (anaknya) lebih memilih hidup dengan pamannya di Timor-Timur.

Berkurangnya rasa Nasionalisme tidak hanya bersumber dari konflik wilayah maupun dikeluarga, pemahaman tentang pentingnya penggunaan bahasa juga menjadi permasalahan  sering dilupakan. Kini bahasa Indonesia telah bercampur aduk tidak hanya dari  bahasa daerah atau lokal akan tetapi bahasa asing. Beberapa solusi yang sudah diimplementasi untuk menggalakkan bahasa Indonesia yaitu sudah adanya pembuatan edisi kamus bahasa Indonesia yang terbaru, karena bahasa Indonesia sendiri tidak hanya monoton akan tetapi juga bersifat dinamis yang mengikuti perkembangan ujar Khanif (FIB 2011).

 

Rasa Nasionalisme merupakan hal yang tidak terpisahkan dari hidup kita sebagai warga Negara Indonesia. Mahasiswa sebagai agent of change tidak hanya tau tentang artinya saja dan paham tentang rasa nasionalisme akan tetapi juga menjadi penguat rasa nasionalisme itu sendiri. (Ridho)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.