Bertempat di Balairung Gedung KPTU Universitas Gadjah Mada, Kamis (8/3) lalu Departement Pengkajian Gama Cendekia kembali mengadakan diskusi rutinnya. Tema yang diangkat kali ini mengenai isu nasional yang sedang hangat yakni “BBM naik?! Dilema atau Solusi” yang memfokuskan pada penyikapan kebijakan pemerintah khususnya bagi kalangan akademisi termasuk mahasiswa.
Seperti kita tahu, pemerintah telah menganalisa dan mengkalkulasi kebijakan kenaikan BBM ini sehingga BBM akan naik khususnya premium yang semula RP 4.500,00 per liter menjadi RP 6.000,00 per liternya. Dari sinilah GC yang merupakan kumpulan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu ingin memberikan pandangan dan solusi dari berbagai sudut pandang.
GC menudukung kebijakan pemerintah tersebut karena kebijakan ini pun diambil selain akibat minyak dunia yang mahal dan segera habis, juga penyadaran masyakarat akan pentingnya hemat energy untuk di masa yang akan datang. Seperti yang diungkap Kepala Departemen Pengkajian Fauzi Ahmad “Saya setuju dengan kenaikan harga BBM karena akan ada banyak mannfaat yang muncul dari efek tersebut, dimana masyarakat akan sadar untuk hemat energi, juga akan menjadikan kaum intelektual berlomba-lomba untuk berinovasi menciptakan energi alternatif sebagai pengganti BBM yang paling efisien”.
Seperti kita ketahui, BBM merupakan salahsastu hasil dari minyak bumi yang semakin lama semakin berkurang atau menipis karena banyaknya pemakaian yang tidak terkontrol sehingga menimbulkan kelangkaan atau bahkan habis sama sekali. Dengan adanya kenakan ini, diharapkan dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya hemat energi. Kaum inetelektual sendiri menyadari bahwa isu kebijakan tersebut memang tak lama lagi akan direalisasikan.
Bagi GC sendiri, hal tersebut semakin memberikan semangat untuk turut membantu memecahkan masalah bangsa indonesia terkait krisis energy. Mulai dari solusi energy alternative dan aplikasinya, budaya hemat energy, hingga konversi BBM menjadi bahan bakar gas yang jumlahnya melimpah di Indonesia ini.
Energy alternative pun seyogyanya melihat potensi suatu daerah, sehingga harapannya setiap daerah mampu mengoptimalkan potensi energy alternativenya, sehingga mampu mandiri. Ersa (Peternakan 2011) mencoba melihat hal tersebut dengan melakukan perbaikan sistem perberdayaan masyarakat, “Selama ini pemerintah selalu menerapkan kebijakan secara top down, sehingga terkesan memaksakan hal tersebut kepada masyarakat. Pendampingan sosial yang sustainable terhadap kemajuan sumberdaya alternatif mungkin akan lebih efektif” terangnya. Oleh karena itu, peran mahasiswa disini penting untuk mengubah pola pikir dan pemberdayaan masyarakat.(Miftah)