Kali belik yang jernih tinggal kenangan bagi masyarakat disekitarnya. Keberadaan kali belik yang membelah desa padat penduduk Karang Gayam dan Karang Wuni sudah di alih fungsikan menjadi selokan pembuangan limbah rumah tangga. Kali belik awalnya terdapat umbul atau mata air sehingga kali belik memiliki aliran yang bersih dan lancar. Menurut penuturan Ibu Wahyuni (33), Ibu Sarjiyanti (37) dan Ibu Slamet (56) warga Karang Bendo yang merupakan daerah hilir dari Kali belik yang sudah tinggal di daerah tersebut sejak 1987, aliran kali belik yang bersih tersebut dahulu dapat dimanfaatkan oleh warga untuk mencuci, mandi bahkan memancing ikan karena biota sungai yang masih terjaga.
Keberadaan umbul atau mata air di kali belik menjadi alasan kuat untuk didirikannya PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) yang berada diatas umbul tersebut. Dari penuturan narasumber, semenjak didirikannya PDAM tersebut kali belik menjadi mati karena sumber mata air utama bagi sungai sudah tidak mengalir lagi. Otomatis, sungai yang awalnya masih terdapat biota sungai menjadi mati, ikan sudah tidak ditemukan lagi di kali belik. Kali belik yang jernih tinggal kenangan.
Alih fungsi sungai menjadi selokan menjadi pilihan terakhir bagi warga sekitar karena kali belik sudah mati. Selain dari limbah rumah tangga, kali belik juga dimanfaatkan oleh PDAM untuk membuang limbah hasil pengolahan air menjadi air bersih. Limbah PDAM yang baru dibuang satu atau dua kali dalam seminggu, memiliki warna hitam dan berupa lumpur yang hitam. Buangan limbah PDAM menambah buruk keadaan di Kali Belik.
Luapan air dari kali belik sering terjadi ketika musim hujan tiba. Apabila hujan selama dua jam saja air sudah meluap hingga sebetis orang dewasa. Bahkan ketinggian luapan air kali belik pernah mencapai satu meter. Luapan air dari kali belik berupa lumpur hitam yang kotor. Namun, luapan tersebut tidak bertahan sampai berhari-hari, hanya dalam hitungan jam luapan tersebut menggenang di rumah warga. Akan tetapi, luapan air tersebut sangat meresahkan warga, terlebih apabila sungai meluap pada malam hari. Rasa gatal karena kulit menyentuh air sungai yang kotor tersebut pasti dirasakan oleh warga. Hingga wabah diare dan demam berdarah dialami oleh warga sepanjang aliran kali belik. Petugas medis yang masih belum terjun ke warga aliran kali belik tersebut menjadi keluhan bagi warga, terlebih apabila musim penghujan saat sewaktu-waktu air sungai meluap. Sampah masih belum menjadi penyebab utama terjadinya luapan sungai, akan tetapi karena kali belik sudah mengalami pendangkalan akibat sedimentasi bertahun-tahun, menyebabkan sungai kelebihan kapasitas untuk menampung air.
Satu lagi yang menjadi ironi di daerah hulu kali belik yaitu anak-anak kecil yang bermain diatas sungai kering yang menghitam. Mereka bermain dengan asyiknya dan tanpa menggunakan alas kaki. Padahal, di kali belik dimanfaatkan oleh warga juga untuk membuang pecahan kaca. Kekhawatiran untuk terkena pecahan kaca atau penyakit akibat adanya limbah-limbah yang terdapat di sungai tidak dipikirkan oleh anak-anak polos yang bermain dengan gembira.
Mengalihfungsikan sungai menjadi denyut nadi warga kembali menjadi satu tujuan bersama yang hendaknya dimiliki oleh semua warga. Keberadaan kali belik yang membelah dua desa padat penduduk dapat dimanfaatkan dengan lebih baik apabila sungai bersih dan alirannya tidak berupa lumpur hitam. Sungai menjadi denyut nadi kehidupan memiliki arti bahwa sungai dapat dimanfaatkan untuk sumber air bersih, memancing ikan, hingga mandi atau mencuci. Apabila satu tujuan untuk menjadikan kali belik sebagai denyut nadi warga tidak dimiliki oleh semua warga, ya kemungkinan besar kali belik yang jernih tinggal kenangan, tidak tercapai lagi.
Pengolahan ulang limbah PDAM dan limbah rumah tangga yang di buang di kali belik perlu dilakukan, sehingga kali belik tidak lagi menjadi selokan yang berupa lumpur hitam. Pengolahannya dapat berupa penyaringan atau filtrasi secara bertahap di pintu air limbah PDAM ataupun limbah rumah tangga desa sekitar. Limbah cair yang sudah di filtrasi baru di buang di kali belik sedangkan limbah padat yang merupakan hasil dari filtrasi mungkin dapat dimanfaatkan sebagai pupuk padat.
Pembuatan daerah resapan air atau biopori juga harus di lakukan di beberapa titik desa-desa sekitar kali belik untuk menampung air limbah rumah tangga dari warga. Komunikasi menjadi komponen penting yang harus dilakukan oleh warga sepanjang kali belik, mulai dari hulu hingga hilir dan juga PDAM. Saling terbuka untuk kebaikan warga, di lihat perlu dilakukan oleh para warga atau pemimpin mereka untuk menyatukan pikiran dan tujuan bersama. (Hanifatun Na’imah)