By :
– Daffa Khairi (Teknik Fisika 2020, GC 2020)
– Fadila Desnita (Teknik Geofisika 2020, GC 2020)
Halo teman-teman sekalian, ini merupakan salah satu kreasi cendekia pertama untuk periode Gama Cendekia 2020. Nah, dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas sesuatu yang beritanya tidak terlalu “meledak” seperti berita Covid-19 tapi tetap menjadi salah satu hal yang penting untuk masa depan ilmu kesehatan, yaitu vaksin HIV & AIDS. Wah, apakah vaksinnya sudah ada yang benar-benar dapat menyembuhkan HIV & AIDS? yuk, simak tulisan ini!
Pada tahun 1978 Robert Gallo dan kawan-kawan berhasil mengisolasi suatu retrovirus pada sel-sel limfosit T dari penderita leukemia dan dikenal sebagai Human T-lymphotropic virus tipe I dan II (HTLV-I dan HTLV-II). Dari penemuan ini kemudian dikemukakan oleh Gallo bahwa kasus AIDS yang pertama kali ditemukan pada tahun 1981 adalah akibat infeksi oleh varian HTLV-I pada sel-sel limfosit T helper. Pada tahun 1983 Essex dan kawan-kawan melaporkan bahwa 25 – 30% dari penderita AIDS mempunyai antibodi yang dapat bereaksi silang dengan antigen membran dari HTLV-I. Penyebab AIDS yang sesungguhnya mulai ditetapkan pada tahun 1983 pada saat Luc Montagnier berhasil mengisolasi suatu retrovirus dari penderita dengan AIDS-related lymphadenopathy syndrome. Isolat ini disebut lymphadenopathy virus (LAV). Pada saat yang hampir bersamaan, yaitu pada tahun 1984 Gallo mengisolasi pada biakan jaringan suatu retrovirus dari penderita AIDS dan diberi nama HTLV-III dan pada tahun yang sama Levy mengisolasi AIDS related retrovirus dari penderita AIDS. Akhirnya setelah melalui perdebatan antara para pakar virologi ditetapkan oleh The International Committee of Taxonomy of Viruses bahwa retrovirus penyebab AIDS adalah Human immunodeficiency virus (HIV) untuk menggantikan nama-nama sebelumnya, karena virus-virus yang ditemukan tersebut adalah virus yang sama (Haase, 1990).
HIV & AIDS merupakan salah satu penyakit berbahaya yang eksis di dunia saat ini yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Bahkan faktanya, HIV & AIDS pernah menjadi top 10 penyakit dengan letalitas tinggi di negara berkembang[1]. Human immunodeficiency virus (HIV) adalah infeksi yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel darah putih yang disebut sel CD4. HIV menghancurkan sel CD4 ini, melemahkan kekebalan seseorang terhadap infeksi seperti tuberkulosis dan beberapa jenis kanker. Banyak orang tidak merasakan gejala HIV dalam beberapa bulan pertama setelah terinfeksi dan mungkin tidak tahu bahwa mereka terinfeksi. Hal ini dikarenakan HIV mampu “bersembunyi” di dalam sel tubuh yang bahkan tidak dapat dicapai oleh obat sekalipun, alias tidak dapat terdeteksi, sehingga virus ini disebut-sebut sangat sulit untuk disembuhkan bahkan hampir tidak mungkin disembuhkan karena kemampuannya tersebut.
Dewasa ini, ada beberapa metode yang digunakan dalam menekan gejala HIV & AIDS, salah satu yang paling umum adalah menggunakan ARV (antiretroviral) yang berfungsi untuk memperlambat pertumbuhan dan penyebaran virus. Namun, ada metode yang diklaim mampu menghilangkan virus HIV dalam tubuh, yaitu metode transplantasi sumsum tulang belakang. Metode ini awalnya digunakan untuk mengobati penyakit kanker pada penderita AIDS. Akan tetapi, hasil perawatan menunjukkan bahwa tidak terdeteksi virus HIV pada penderita yang menerima transplantasi. Hal ini disebabkan oleh penderita menerima donor gen yang resisten terhadap virus HIV, yaitu gen CCR5, sehingga masih terlalu dini untuk mengklaim bahwa metode ini efektif dalam menghilangkan virus di dalam tubuh penderita, walaupun sudah ada beberapa orang yang sembuh melalui metode ini[2].
Para peneliti saat ini sedang berusaha mengembangkan vaksin HIV & AIDS, yang menjadi hal yang sangat dibutuhkan, terutama bagi masyarakat di negara berkembang. Hal ini dikarenakan HIV & AIDS merupakan penyakit yang paling susah untuk diobati dan keberadaan vaksin akan sangat membantu dalam menangani penyembuhan pasien dan mencegah penyebaran virus kedepannya.
Vaksin HIV & AIDS
Pengembangan vaksin HIV & AIDS saat ini secara umum memfokuskan pada pendorongan imun tubuh untuk mencegah virus menginfeksi sel inang. Kebanyakan usaha pada bidang ini didasari oleh vaksin dengan subunit protein, sebuah pendekatan untuk memanfaatkan protein rekombinan dari virus sebagai target immunogen.
Hal utama yang menjadi penghalang dalam pengembangan vaksin HIV & AIDS termasuk mekanisme yang digunakan masih membatasi pengembangan sel yang dibutuhkan dalam menghasilkan senyawa yang dibutuhkan, dan beberapa perlengkapan lainnya.
Terlebih lagi,karena virus HIV bermutasi dengan sangat cepat dan sulit dikendalikan, antibodi yang diperlukan tidak hanya dalam jumlah yang banyak , namun juga harus dipastikan bahwa antibodi-antibodi ini dapat bertahan lama untuk mencegah penularan virus, mencegah virus “kabur” dan menyediakan sterilisasi imun[3]. Namun, tahukah kalian bahwa baru-baru ini ada vaksin HIV & AIDS yang telah diuji ke manusia dan berpeluang besar dalam penyembuhan?.
Sebenarnya penelitian tentang vaksin HIV sudah dijalankan sejak lama, dimulai pada tahun 1980-an bersamaan dengan ditemukannya penyakit AIDS. Namun, progres yang dihasilkan sangat lambat, sepanjang tahun 1980-an sampai 2009 hanya ditemukan 1 sampai 2 buah vaksin dengan efektivitas yang tidak terlalu baik seperti vaksin Thai RV144 yang dipublikasi tahun 2009 dengan efektivitas 31% dalam mereduksi infeksi virus. Hal ini tentu tidak cukup untuk melawan virus yang secerdas HIV. Para ilmuwan terus berupaya dalam mengembangkan vaksin HIV dan mempelajari kekurangan dari vaksin vaksin sebelumnya. Para peneliti menemukan bahwa perlindungan dari vaksin ini menghilang setelah satu tahun. virus HIV bermutasi dan menjadi target yang sulit bagi vaksin yang ada di dalam tubuh, sehingga vaksin kalah dalam memerangi Virus HIV.
Penemuan yang dipublikasikan baru baru ini menunjukkan potensi Vaksin HIV & AIDS yang baru memiliki daya reduksi virus yang tinggi dalam melawan Virus HIV. Hasil yang dipublikasikan pada 3 Februari 2021 pada International AIDS Society HIV Research for Prevention melalui Virtual Conference, menunjukkan bahwa ditemukannya Antibodi pada 97% dari partisipan yang menerima vaksin. Pada uji pertama 48 orang relawan dewasa diberikan plasebo shot dan juga calon vaksin yang merupakan set B sel yang disebut eOD-GT8 60mer. hasilnya tidak terlalu spesifik apakah vaksin ini mencegah infeksi HIV. Namun, berupa pengujian apakah calon vaksin ini aman dan menunjukkan bahwa para relawan yang diberi calon vaksin lebih membentuk antibodi daripada yang diberi plasebo.
Perjalanan vaksin HIV juga masih panjang dan belum bisa digunakan dengan hanya pada pengujian pertama. pengujian pengujian selanjutnya perlu dilakukan kepada lingkup relawan yang lebih besar. termasuk uji coba lanjutan untuk dalam menguji keefektifan dan keamanan dari vaksin itu sendiri. bagaimanapun para peneliti terus berusaha untuk mengembangkan segala kemungkinan positif dari adanya vaksin ini. Untuk sekarang para peneliti IAVI bekerja sama dengan Moderna untuk menggunakan mRNA teknologi yang akan membantu dalam mengembangkan vaksin HIV sebagaimana Moderna sudah cukup berpengalaman sebagai perusahaan yang membuat jenis vaksin tertentu seperti Vaksin COVID-19.
Pengembangan Vaksin HIV ini juga merupakan angin segar dalam dunia kesehatan, bagaimana teknologi baru ditemukan untuk membentuk antibodi baru yang dapat melawan virus kuat seperti HIV. Peluang calon vaksin ini juga diperkirakan oleh para peneliti dapat menjadi terobosan baru dalam pengembangan vaksin dan obat-obatan penyakit lain seperti Malaria, Influenza, Dengue, Zika, dan Hepatitis C.
Kehadiran publikasi baru mengenai kemungkinan ditemukannya Vaksin HIV tentu menjadi harapan besar bagi umat manusia. Perkembangan ini tentu menjadi kemajuan di bidang medis, karena masih begitu banyak rintangan yang dihadapi manusia dalam melawan jenis penyakit berbahaya dan dapat menjadi dasar dalam penemuan-penemuan kedepannya. Meski demikian, hasil dari penelitian sementara ini tidak bisa sepenuhnya dijadikan sebagai kunci dari penghentian penyebaran HIV & AIDS. Kita tentu tetap harus menghindari penyebab-penyebab HIV & AIDS kedepannya. Namun, dengan adanya vaksin HIV di masa depan, semoga umat manusia bisa semakin kuat dalam mengendalikan berbagai penyakit berbahaya yang sewaktu-waktu dapat mengguncang tatanan hidup manusia.
[1]https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-death
[3]Mu, Z., Haynes, B. F., & Cain, D. W. (2021). HIV mRNA Vaccines—Progress and Future Paths. 22.