Memiliki perekonomian yang maju dan kebutuhan pangan masyarakat yang tercukupi seringkali menjadi tolok ukur bangsa yang sejahtera. Indonesia masih jauh dari sejahtera jika menggunakan tolok ukut tersebut. Namun, bukan tidak mungkin untuk Indonesia menjadi bangsa yang sejahtera dengan tolok ukur perekonomian dan kebutuhan pangan. Hal ini dapat dicapai dengan kemandirian dan kemauan bangsa Indonesia. Sangatlah penting kemandirian suatu negara untuk memproduksi hasil bumi sendiri apalagi kita Indonesia memiliki keanekaragaman hayati ternak lokal yang melimpah seperti sapi bali, sapi madura, domba garut, kambing kacang, ayam kampung dan itik (Usman, 2016). Produktivitas suatu bangsa ditentukan dari kemampuan masyarakat dalam mengolah dan mengelola potensi sumber daya yang tersedia.
Sektor peternakan memiliki peranan penting dalam mewujudkan bangsa yang sejahtera dalam bidang perekonomian dan ketahanan pangan. Kebutuhan pangan dapat tercukupi salah satunya dengan sumber hewani atau hasil ternak. Di Indonesia, hasil ternak menjadi kebutuhan yang mendasar yang belum tercukupi secara mandiri. Hingga saat ini harga produk peternakan belum dapat dijangkau masyarakat secara keseluruhan karena masih mahal. Masyarakat kelas menengah kebawah kerapkali kesulitan untuk membeli dan menikmati karena harga produk yang tinggi.
Pembangunan peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang unggul. Selain itu, tujuan pembangunan peternakan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak (Celah Kota News, 2016). Dalam menjalankan dan mengoptimalkan peran strategis peternakan, yaitu mencapai perekonomian yang maju serta memiliki ketahanan pangan nasional, terdapat beberapa aspek pada sektor peternakan yang harus diperhatikan.
Pertama, menurut Hendrayana (2008), masalah klasik yang menimpa dunia peternakan Indonesia adalah pembibitan, lama kelamaan bibit Sapi, Domba/Kambing akan habis, dan akhirnya hanya mengimpor dan mengimpor daging dan susu dari luar. Pembibitan yang baik adalah pembibitan yang meningkatan populasi ternak unggul.
Kedua, peningkatan produktivitas ternak melalui penyediaan pakan yang bermutu,cukup dan tersedia. Menurut Suryana (2000), pengembangan penyediaan pakan dengan menggunakan bahan baku dari sumber daya lokal dengan memanfaatkan sebesar-besamya keragaman sumberdaya clan kelembagaan serta teknologi lokal .
Ketiga, kebanyakan peternakan di Indonesia masih dikelola secara tradisional yang pada hasilnya belum mencukupi kebutuhan, sehingga kebutuhan pangan hasil ternak masih memanfaatkan melalui impor hasil ternak. Hal inilah yang menyebabkan harga produk peternakan masih mahal untuk dijangkau keseluruhan masyarakat. Selain berpengaruh pada hasil ternak, pengelolaan secara tradisional juga berakibat pada minimalnya penggunaan sumber daya manusia dan kurang kontributif dalam hal ketersediaan lapangan pekerjaan.
Keempat, untuk meratakan konsumsi hasil ternak di berbagai daerah, diperlukan distribusi yang merata karena tidak semua daerah berpotensi untuk beternak. Distribusi dapat merata apabila sarana dan prasarana distribusi memadai ke seluruh wilayah kosumen. Sehingga dapat mengantisipasi kelangkaan dan mahalnya harga produk ternak karena mahalnya biaya distribusi.
Kelima, mengembangkan produk lokal berbasis hasil ternak dengan memperhatikan budaya dan kebiasaan konsumsi masyarakat dapat menekan bahkan mengurangi konsumsi impor produk ternak. Hal ini juga akan mengurangi pengeluaran devisa.
Untuk mewujudkan peternakan sebagai media untuk kesejahteraan bangsa Indonesia, peranan dan sinergi antarsubyek sangat dibutuhkan. Baik dari pemerintah, asosiasi, pihak swasta bahkan dari peternak dan konsumen. Mahasiswa peternakan juga memiliki andil sebagai edukator maupun pionir untuk mewujudkan hal ini. Menurut Hartina (2016), peran mahasiswa peternakan lebih ditekankan pada pengaplikasian ilmu yang telah dikantongi untuk melakukan pergerakan-pergerakan pengembangan berbagai komoditas peternakan yang ada. Pegerakan yang dilakukan dengan memaksimalkan peluang yang ada.
Daftar Pustaka
Hendrayana (2008) Dilema Peternakan di Indonesia. [Online] Tersedia dari: http://fapet.ugm.ac.id/home/berita-16-dilema-peternakan-di-indonesia.html
[Diakses pada: 02/08/2017]
Celah Kota News (2016) Peranan Bidang Peternakan Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. 01April. Tersedia dari: http://celahkotanews.com/peranan-bidang-peternakan-dalam-upaya-meningkatkan-keseja hteraan-rakyat/ [Diakses pada: 02/08/2017]
Usman, Ali. (2016) Membangun Ekonomi dari Peternakan. [Online] Tersedia dari: http://cattlebuffaloclub.peternakan.unpad.ac.id/2016/06/08/membangun-ekonomi-dari-pe ternakan/ [Diakses pada: 02/08/2017]
Suryana, Achmad. (2000) Harapan dan Tantangan Bagi Subsektor Peternakan Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional.Pada Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000. p. 6-7. Tersedia dari: http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/semnas/pro00-3.pdf?secure=1 [Diakses pada: 02/08/2017]
Hartina, Siti Yulaikah. (2016) Peran Sarjana Peternakan Dalam Ketahanan Pangan. Trobos. 01 September. Tersedia dari: http://www.trobos.com/detail-berita/2016/09/01/73/8030/siti-yulaikah-hartina-peran-sarj ana-peternakan-dalam-ketahanan-pangan— [Diakses pada; 02/08/2017]
oleh Yustika Istifari