Metode Penelitian SOSHUM
Oleh M Zidny Kaffa
Seberapa penting paradigma karena ada barometer dalam paradigma. barometernya apa? Paradigma terlahir oleh ilmuwan, komunitas, sekumpulan.sebelum terbentuk paradigma, ada proses yang panjang. Misalsatu kelompok ada 5 orang, kelompok ini mengusulkan teori baru dan yang lain juga, lalu kedua teori ini diuji. Sebelum jadi teori yg ideal: Krisis, seleksi alam, revolusi science (hierarki yg lama). Paradigm selalu bisa berganti. Bahaya tidak menggunakan paradigm pasti akan dibantai. paradigma, atau batasan, misaldalampimnas,juri menanyakan pendekatan apa yang digunakan. Selain itu, paradigma bersifat fleksibel. Misal fenomonologi dan etnografi, tapi tergatung pengolahan datanya
Khususnya pada penelitian SOSHUM dituntut netral dan empiriskah?. Sesungguhnya, penelitian harus berpihak. Peran peneliti harus berpihak, mengkomparasikan, sebagai seorang intelektual. Lihat keadilan, prioritas di mana. Seorang berpengetahuan itu berpihak, baik kanan maupun kiri.
Dalam diskusi ini pun membahas teori dekonstruksi yang sebaiknya diposisikan sebagai metode atau paradigma. Berikut ulasannya. Dekonstruksi tidak terlepas dari de rida. ketahui aliran filsuf apa, misal de rida menyerang kata pribumi dan non pribumi. De rida memainkan kata, tapi jika untuk penelitian bahaya. Kritik tajam dalam post modernism terhadap modernisme. Akan tetapi mereka tidak memberi solusi. Bedakan strategi, pendekatan, dll.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai metode peneitian SOSHUM dapat membaca buku John W dengan judul research design.
Metode Penelitian Saintek
Oleh Mas Miyosi
Umumnya metode SOSHUM seputar kualitatif, kuantitatif, bahkan mix, lalu bagaimana dengan saintek. Saintek lebih banyak mengamati, melakukan berulang2 hingga mendapat suatu pattern, hingga kita mendapat kesimpulan. Riset harus ada manfaat, kalo gak ada manfaat berarti riset tersebut nol. Pola pikir sendiri harusnya untuk bangsa dan negara. Penelitian harus dimulai dari pola-pikir dan hipotesa. Namun proses bongkar dan akan menimbulkan dampak yang mungkin negative. So,titik tanya yaitu seberapa besar titik positif dan negatifnya?Intinya amati, ulangi, dapat pola, simpulkan.
Dalam penelitian saintek ketika sedang meneliti penelitian yang tidak memiliki banyak referensi maka penelitian ini dapat menjadi penelitian dasar. Maka yg harus kita cari adalah referensi-referensi dasar juga. Misal saya meneliti bagaimana interaksi suatu materi menghasilkan bunyi, bunyinya untuk mendeteksi kanker. Biasanya orang menggunakan gelombang suara, gimana kalo kita pakai bunyi? Karena sama-sama diketuk, bunyi plastik kosong dan plastik isi air ini beda. Dari data bunyi-bunyi tadi kita ambil kesimpulan. Sama halnya, kita berhipotesis jika sel kanker bunyinya berbeda dengan sel normal. Nah, dilain sisi yang akan membedakan bunyi ini adalah telinga. Maka bagaimana menciptakan detector supaya telinga kita lebih peka? Inilah penelitian dasar dimulai. Memulai dengan data intensitas suara yang diambil dan menyimpulkan saat suara tinggi berarti ada sel kanker. Lalu referensinya bisa dengan mencari macam-macam bentuk sel (normal dan kanker) dan tenik gelombang. Inilah yang dinamakan referensinya pun yang dasar-dasar. Jangan takut jka penelitian dengan referensi terbatas,karena bisa jadi Anda adalah pencetusnya.
Lalu, pertanyaan kembali muncul. Berarti kita harus menguasai dasar-dasarnya?. Mas Miyosi menjawab “IYA”. Kita pasti harus punya dasar, karena awal dari penelitian adalah basic research. Dari basic research baru akan muncul applied research, evaluation research, dll. Sekarang ini jarang yang meneliti di basic. Ibarat, kalo mau ternak ayam, kita harus tau makanannya, pola hidupnya, lebih bagus kalo kita tau fisiologinya, sistem metabolismenya, pola2nya supaya bisa efektif.Misal ayam tidak tahan ramai,hanya bisa sampai 50db, maka apa yg harus kita lakukan? Soshum sebenernya sama aja sih, tapi soshum lebih focus di bahasa dan komunikasi (wawancara) dalam metode pengambilan datanya.
Kini mas sauqi menggeluti penelitian bersama dosen, salah satunya yaiu kolaborasi dengan FKG meneliti kanker mulut menggunakan metode fisika. Muncul pola pikir baru. Jika suatu media dikasih laser,akan menghasilkan panas. Panas ini menghasilkan energy bunyi. Bunyi ini yg dideteksi,ada kanker Selain itu mengenai human engineering, tentang otot buatan yang seperti otot manusia.Selanjutnya riset robotic.
Penelitian ini apa yang kita amati sehari-hari. Apa yg diamati mulai dari berangkat kampus, pulang ke kosan,bagaimana kejadian-kejadian itu membentuk pola pikir kita? Ketika seseorang beranjak dewasa, akan punya pemikiran lebih semacam suka tanya-tanya terus maka inilah yg menjadi awal dari penelitian. Oleh sebab itu selalu dimulai dengan rumusan masalah. Rumusan masalah memuat bagaimana caranya untuk menyelesaikan kenapa hal tersebut.
Yang terakhir, Apa urgensi dari penelitian? Urgensi bukan hanya tentang kontribusi, bukan hanya bermanfaat bagi sekitar,namun bermanfaat bagi kita untuk belajar tidakplagiat, belajar mengetahui kebenaran. Untuk membuat penelitian perhatikanlah ini. Metode yang paling baik apa? Paradigmanya gimana? Instrumennya apa? Karena beda penelitian maka beda pendekatan