Pelepasan karbon dioksida selama proses industri serta penggunaannya dalam kehidupan dikenal dengan istilah “jejak karbon” atau carbon footprint. Sumber produksi karbon dioksida tersebut antara lain dari batubara, minyak, gas alam, kayu dan sebagainnya. Seluruh materi tersebut mengandung unsur karbon yang akan menghasilkan CO2 ketika materi tersebut dibakar untuk diubah menjadi energi. Karbon dioksida yang diproduksi atau dirilis berdampak terhadap perubahan iklim di bumi. Akumulasi gas ini mengakibatkan penipisan ozon yang berdampak pada paparan sinar radiasi UV berlebih dan meningkatkan suhu global. Dalam pembuatan furniture residu kayu sering kali dihilangkan dengan cara dibakar. Dalam proses pembakaran tersebut, gas karbon dioksida yang dihasilkan cukup tinggi. Walaupun, saat kayu tersebut masih menjadi sebuah pohon yang dapat berfotosintesis, hasil dari proses fotosintesis yang diubah menjadi kayu, kulit dan bagian lain dari pohon, sekitar ½ nya adalah karbon berat. Jika pohon membusuk atau dibakar, karbon padat di kayu dilepaskan lagi ke atmosfer sebagai gas karbon dioksida.
Oleh sebab itu, timbul keinginan untuk melestarikan sumber daya energi kita untuk mengurangi jejak produksi dari karbon dioksida. Dengan memilih menggunakan produk yang dapat memperkecil produksi karbon dioksida, salah satunya adalah penggunaan biofuel. Biofuel adalah bahan bakar alami yang dapat dibuat dari sampah daun pada tumbuhan, kotoran, sisa hasil pertanian dan sebagainnya. Penggunaan biofuel bertujuan untuk mengurangi produksi carbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran-pembakararan batu bara, minyak, dan juga gas alam. Dalam prosesnya, karbon dioksida yang dihasilkan relatif sedikit, sehingga penggunaan biofuel dapat mengurangi jejak karbon dioksida.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi produksi gas karbon dioksida adalah penggunaan biochar. Biochar atau yang lebih kita kenal sebagai arang, merupakan suatu materi padat yang terbentuk dari karbonisasi biomasa. Biochar dapat ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi tanah serta mengurangi emisi dari biomasa yang dapat secara alami terurai menjadi gas rumah kaca. Biochar juga mempunyai fungsi pengikat karbon yang cukup besar (IBI, 2012).
Bahan baku pembuatan biochar pada umumnya adalah residu biomasa atau sisa hasil pengolahan pertanian atau kehutanan, termasuk potongan kayu, tempurung kelapa, tandan kelapa sawit, tongkol jagung, sekam padi atau kulit buah kacang-kacangan, kulit-kulit kayu, sisa-sisa usaha perkayuan, serta bahan organik yang berasal dari sampah kertas, sampah kota dan kotoran hewan. Bila limbah tersebut mengalami pembakaran dalam keadaan oksigen yang rendah atau tanpa oksigen akan dihasilkan 3 substansi, yaitu; metana dan hidrogen yang dapat dijadikan bahan bakar, bio-oil yang dapat diperbaharui, dan arang hayati (biochar) yang mempunyai sifat stabil dan kaya karbon (>50%). Sehingga dengan penggunaan biochar dapat mengurangi produksi karbon dioksida yang berasal dari sisa tumbuhan.
Selain itu, biochar berguna sebagai komponen penting untuk meningkatkan ketahanan pangan dan keragaman tanaman di wilayah dengan tanah yang miskin unsur hara, kekurangan bahan organik, dan pupuk kimia. Biochar juga meningkatkan kualitas dan kuantitas air dengan meningkatnya penyimpanan tanah bagi unsur hara dan agrokimia yang digunakan oleh tumbuhan dan tanaman
Pembuatan biochar sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu di Amazon (Terra Preta). Kegiatan ini mengubah limbah pertanian menjadi tanah buatan (man made soil) yang dapat mengikat karbon, meningkatkan keamanan pangan, dan mengurangi ekstensifikasi lahan. Proses tersebut menghasilkan serat yang baik dan arang yang sangat porous yang membantu tanah menahan hara dan air (IBI, 2012).
Oleh:
Tri Ayu Lestari (Human)