“Adakah yang lebih hina, daripada bergantung kepada orang lain?,bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! “ kutipan kalimat dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang tersebut, menjadi tonggak awal dimulainya kesetaraan gender di Indonesia. Atas kerja keras seorang R.A Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita, kedudukan wanita di Indonesia mulai diperhitungkan. Akan tetapi kenyataan kini tidak sejalan dengan apa yang ingin diperjuangkan oleh R.A Kartini.Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Republik Indonesia , IPM (indeks pembangunan manusia) di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 2004 – 2012, hal tersebut dibuktikan dengan masuknya lebih dari 90% kabupaten atau kota kedalam kategori IPM menengah keatas. Prestasi yang telah dicapai oleh Indonesia pada bidang IPM bertolak belakang dengan IPG (indeks pembangunan gender).Kenyataan tersebut tampak pada data terakhir yang dikeluarkan oleh kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Republik Indonesia (KEMENPPPA) yang menunjukan IPG lebih rendah daripada IPM yaitu dengan prosentase IPM 73,29% dan IPG 68,52%.
Kondisi yang dialami Indonesia tentunya sangat memprihatinkan karena berdasarkan data data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kesenjangan mengenai kesetaraan gender, Padahal aspek kesetaran gender masuk kedalam sektor socio political masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Kesetaraan gender tentunya harus diperhatikan oleh pemerintah Indonesia untuk bersaing dengan negara anggota MEA, kerena dengan memperhatikan kesetaraan gender maka terwujudlah peluang yang sama antara lelaki dan perempuan dalam bidang pekerjaan dan pendidikan.Aktor yang dapat meningkatkan kesetaraan gender adalah negara, karena negara mempunyai fungsi “sebagai rangkaian lembaga yang menegakkan tatanan dan menghasilkan stabilitas sosial (Heywood, 2014)”, namun warga Indonesia sendiri khususnya golongan perempuan harus mempunyai inisiatif inisiatif untuk mensejahterakan dirinya tanpa menunggu kebijakan kebijakan pemerintah. Terdapat banyak hal untuk meningkatkan kesetaraan gender di Indonesia, salah satu langkah awal untuk meningkatkan kesetaraan gender adalah belajar dari sejarah Indonesia yang dapat digunakan sebagai refleksi mengenai kesetaraan gender.
Refleksi historis mengenai kesetaraan gender yang tepat adalah cerita politik maternitas seorang selir Kerajaan Majapahit yang bernama Gayatri. Gayatri sang Rajapatni yang berposisi sebagai perempuan dan menjadi selir raja mempunyai cara-cara tertentu dalam memperkaya dirinya baik dari segi keilmuan, politik, dan maternitas. Cara yang ditempuh Gayatri adalah dengan menjalankan politik maternitas, yaitu bermain politik melalui sosok keibuan guna menjalankan roda kerajaan yang dipimpin oleh keluarganya dan memberikan edukasi bagi masyarakatnya. Menurut Muthea (2012) politik maternitas yang dilakukan oleh Gayatri mempunyai tiga fungsi, yaitu:
- Mengembangkan kapasitas dan wawasan diri
Hal ini akan memberikan wadah bagi seorang wanita untuk mengembangkan dirinya dengan berbagai pengalaman sosial, sehingga akan menjadi sebuah pribadi dengan wawasan yang luas pula.
- Mengutamakan peran maternitas
Peran wanita yang telah berkeluarga secara umum adalah menjadi istri sekaligus menjadi ibu bagi anak-anaknya. Peran ini sebaiknya bukanlah peran yang merendahkan derajat wanita, bahkan pada konsep ini wanita memiliki peran penting terhadap kemajuan bangsa. Sesuai dengan kisah Gayatri, wanita perlu memberikan peran edukasi primer bagi anak-anaknya secara intensif untuk membentuk generasi yang unggul.
- Mensinergikan peran maternitas dengan peran social lainya
Sosok emansipasi wanita yang ideal perlu memiliki kemampuan dalam menyeimbangkan peran maternitas dan peran sosial lainnya. Hal yang perlu dihindari adalah mendiskriminasikan peran maternitas dan mengutamakan peran sosial lain. Sejalan dengan demikian, peran sosial perlu dititikberatkan sebagai objek yang disinergikan pada peran utama seorang wanita sebagai seorang ibu.
Berdasarkan refleksi historis tersebut wanita Indonesia juga dapat meniru hal hal yang telah dilakukan oleh Gayatri dalam meningkatkan kapasitas dirinya, karena dengan meningkatnya kapasitas wanita sama dengan meningkatnya kesetaraan gender. Adanya situasi tersebut tentunya akan meningkatkan indeks IPM dan IPG Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia dapat bersaing dalam MEA (masyarakat ekonomi asean).
DAFTAR PUSTAKA
Heywood, Andrew. 2014. Politik. Diterjemahkan oleh Ahmad Lintang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muthea, Aulia Hajar. 2012. Ekspedisi Nilai Sejarah Candi Boyolangu Yang Terlupakan: Menguak Peran Maternitas, Politik, Dan Pemerintahan Gayatri Dalam Kemajuan Imperium Majapahit (Studi Refleksi Gayatri Sebagai Sosok Ibu Dan Emansipasi Wanita Yang Ideal). Jombang: Projek Sma Darul Ulum 2 Unggulan Bppt Cis Id 113 Jombang.