Categories
CORETAN CENDEKIA

Hutan Mangrove sebagai Pengendali Carbon Positive

Lembongan-MangroveCarbon Positive merupakan segala sesuatu yang mengakibatkan peningkatan pelepasan atau emisi karbon ke atmosfer dan lingkungan sekitar. Emisi carbon yang berlebihan sangat mempengaruhi perubahan iklim secara global yang akan berdampak pada pemanasan global.Hal ini ditandai dengan bertambahnya suhu rata-rata diseluruh permukaan bumi.

Para ilmuan mengajukan teori efek rumah kaca sebagi pemicu pemanasan global.Seperti namanya, efek rumah kaca merupakan fenomena yang terkait dengan cara kerja rumah kaca yang kerap digunakan dalam bidang pertanian maupun perkebunan. Rumah kaca merupakan sebuah bangunan dimana tananaman dipelihara dan tumbuh dibawah lingkungan yang terkendali. Struktur ini memiliki atap dan penutup yang biasanya terbuat dari bahan-bahan transparan seperti plastik dan kaca. Rumah kaca ini memungkinkan radiasi matahari diserap sekaligus membuat panas terperangkap di dalamnya.

Seperti yang dikutip dari United States Environmental Protection Agency (www.epa.gov) dapat dijelaskan bahwa konteks pemanasan global itu berasal dari efek yang sama yaitu uap air, metana, oksida nitrat, ozon dan karbondioksida dan ini dikenal sebagai gas rumah kaca utama dalam atmosfer bumi. Gas ini membentuk semacam dinding di atas atmosfer yang memungkinkan radiasi matahari untuk masuk namun mencegah sebagian panas dipancarkan kembali. Persentasi gas emisi pada efek rumah kaca seperti yang ada dalam bagan sebagai berikut:

mangrove(idrap.or.id)

Emisi karbon berdasarkan sumber gas berasal dari suplai energi, seperti pembakaran batubara, gas alam dan minyak untuk sumber listrik dan panas. Selain itu, sumber lain juga berasal dari industri, penggunaan lahan, pertanian, transportasi, bangunan komersial,dan limbah cair.

Dari sekian banyaknya kerusakan yang disebabkan dari emisi karbon ini dapat ditanggulangi dengan pemanfaatan hutan Mangrove. Indonesia memiliki ±17.508 pulau diseluruh nusantara dengan total sekitar 3,1 juta hektar mangrove atau 22,6% dunia. Meskipun demikian, potensi ini belum begitu diperhatikan betapa besar manfaatnya sebagai pengurang emisi karbon ke atmosfer.Perusakan terhadap tanaman mangrove terus terjadi dan menyebabkan kerusakan substrat di bawahnya yang dapat melepaskan gas nitroksida dengan kuantitasnya ratusan kali gas karbondioksida.

Berdasarkan hasil penelitian CIFOR dan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) bidang kehutanan menunjukkan kepadatan karbon pada hutan mangrove lebih tinggi empat kali dari hutan tropis pada umumnya. Karbon lebih banyak tersimpan di bawah hutan bakau daripada diatas permukaan tanah dan air (idrap.or.id). Mangrove penting untuk melindungi pantai dari abrasi dan terjangan badai. Hal ini menjadi titik perhatian bangsa Indonesia untuk memberikan perhatian lebih terhadap kestabilan pantainya karena memiliki garis pantai sepanjang 55.000 kilometer. Dengan demikian, upaya penggalakan penanaman mangrove inilah yang ditingkatkan dan disegerakan sesegera mungkin mengingat jumlah pulau yang banyak otomotis pengendali emisi karbon ini setidaknya tertanggulangi.

Emisi karbon dapat diperkecil dengan usaha yang sederhana, dan kesadaran bersama untuk menghemat energi tersebut. Kembali lagi, semua berawal dari kesadaran manusia itu sendiri. Kurangnya kesadaran itulah yang menjadi puncak permasalahan. Alam telah berbaik hati menyediakan seluruh kebutuhan, kondisinya bergantung pada cara manusia memanfaatkan kesemuanya itu secara ramah. Hal inilah yang perlu direnungkan kembali.

 

Oleh: Ambar Bagianti (Pengabdian Masyarakat)

Leave a Reply

Your email address will not be published.