Isu Pemanasan Global maupun Climate Change merupakan isu yang hangat selama beberapa dekade ini. Dampak yang ditimbulkan dari Pemanasan Global sudah mulai dirasakan secara nyata. Mayoritas orang akan mengeluh saat diharuskan untuk berjalan di siang hari tanpa alat pelindung diri yang cukup. Panas, polusi, keringat, dan capek selalu menjadi alasan bagi kita untuk memilih menggunakan kendaraan bermotor untuk mobilisasi sehari-hari. Padahal, sebetulnya kita semua juga tahu bahwa kebiasaan tersebut menyumbangkan emisi karbon yang tinggi di atmosfer yang akan berdampak pada keparahan pemanasan global.
Gas CO2 merupakan gas yang secara persisten berada di atmosfer, karena gas ini merupakan hasil sisa maupun gas buang dari aktivitas makhluk hidup dan industri. Pada kondisi saat ini, konsentrasi CO2 dan gas rumah kaca lainnya di atmosfer akan melebihi 450 ppm, padahal batas paling aman konsentrasi gas CO2 untuk kehidupan di bumi ialah 350 ppm. Menurut data dari 350.org, nilai tersebut kini selalu naik sekitar 2 ppm per tahunnya. Hal ini berdampak pada rata-rata temperatur global yang meningkat sekitar 2°C dari levelnya pada masa pre-industrial (MC Glashan et al., 2012).
Saat ini, banyak gerakan-gerakan cinta lingkungan yang mendukung upaya pengurangan dampak pemanasan global. Bijak energi, menanam pohon, tolak deforestasi, bersepeda, mengurangi plastik, mendukung transportasi publik, pembangunan RTH, merupakan beberapa aktivitas atau gerakan yang di blow up oleh komunitas atau organisasi lingkungan yang khususnya berada di Indonesia. Namun, sebenarnya seberapa besar pengaruh aktivitas-aktivitas tersebut terhadap perubahan pemanasan global yang terjadi?
Carbon Positive, Carbon Neutral, dan Carbon Negative merupakan 3 kategori dalam aktivitas sehari-hari kita yang berpengaruh pada konsentrasi gas CO2 di atmosfer. Carbon Positive merupakan segala aktivitas yang menyumbang penambahan emisi karbon di atmosfer. Carbon Neutral ialah seluruh aktivitas makhluk hidup yang tidak mempengaruhi kadar emisi karbon di atmosfer (Ilmastopaneeli, 2014). Dan Carbon Negative adalah usaha-usaha untuk mengurangi kadar karbon di atmosfer.
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa aktivitas-aktivitas organisasi lingkungan di atas masih sebatas Carbon Neutral. Mungkin anda berpikir menanam pohon termasuk carbon negative, namun perlu diingat bahwa selain berfotosintesis tumbuhan juga bernafas. Lantas apa saja usaha-usaha yang termasuk pada Carbon Negative?
Sejauh ini, ada 5 Negative Emission Technologies yang sedang dalam tahap pengembangan.Teknologi tersebut meliputi: direct air capture, the-lime soda proccess, augmented ocean disposal, biochar, dan bioenergy with carbon capture and storages (Mc Glashan et al., 2012). Kelima teknologi tersebut memberikan efek carbon negative dengan cara mengurangi CO2 secara langsung maupun tak langsung.
Direct air capture secara sederhana dapat dijelaskan sebagai “artificial trees” atau pohon buatan yang mencontoh fungsi sebuah pohon dalam hal penyerapan CO2. The-lime soda proccess memiliki konsep yang sama dengan direct air capture namun teknologi ini menggunakan chemical scrubbing method, sebuah metode kimiawi tertentu untuk meningkatkan kemampuan menangkap CO2 di atmosfer. Dalam sektor kelautan, augmented ocean disposal merupakan teknologi yang memanfaatkan kadar asam di laut untuk menangkap CO2 dalam keadaan stabil dan dissolve organic form. Di bidang agrikultur, biochar atau biasa disebut tanah buatan merupakan teknologi yang dapat memberikan efek carbon negative sekaligus menambah nilai unsur hara tanah, dimana tanah tersebut terbuat dari sisa tumbuhan yang mengalami proses tertentu hingga dijadikan sebagai tanah. Dan bioenergy with carbon capture and storages (BCCS) adalah kombinasi dari dua mitigasi, yaitu pembakaran biomasa untuk memperoleh energi dan penangkapan serta penyimpanan karbon agar tidak sampai bocor ke atmosfer.
Teknologi carbon negative tersebut masih perlu banyak pengembangan agar dapat diimplementasikan secara nyata oleh berbagai negara di dunia. Jika satu daerah berusaha mengurangi emisi karbonnya, sementara daerah lain tetap memproduksi karbon maka kadar CO2 tidak akan mengalami penurunan. Perlu adanya kerjasama dari seluruh pihak untuk mewujudkannya.
“Karena bumi pasti akan meleleh pada waktunya, namun kita bisa berusaha mengulur waktunya.”
Oleh:
Siska Fitriana W W [MEDIA]
Referensi
- Dr. Nial R McGlashan, Dr. Mark H W Workman, Ben Caldecott, Prof Nilay Shah. 2012. Negative Emissions Technologies. Grantham Institute for Climate Change Briefing paper No. 8 :October 2012. Imperial College London.
- 350.org. 2014. Science and Impact: The Basics of Climate Change Science and Our Changing Planet.
- Ilma stop aneeli. 2014. The Pursuit Of Carbon Neutrality – Defining The Concept.